HIKMAH DI BALIK URUTAN RUKUN KEIMANAN DALAM ISLAMㅤ

HIKMAH DI BALIK URUTAN RUKUN KEIMANAN DALAM ISLAM
Al-Allamah Prof. DR. Sholeh bin Fauzan -hafidzahullohmenjelaskan :
"Allahu A'lam, di sana ada beberapa hikmah di balik urutan rukun-rukun keimanan, sebagaimana yang tertera dalam berbagai ayat maupun hadits. Meskipun dimaklumi, bahwa huruf "waw" (و) tidak selamanya maknanya harus berurutan.
Di antara hikmahnya, adalah :
1. Urutan keimanan, rukunnya dimulai dari keimanan kepada Allah, sebab iman kepada Allah merupakan pondasi, dan rukun keimanan yang lainnya mengikuti dasar tersebut.
2. Urutan berikutnya, adalah iman kepada para malaikat dan rasul-Nya. Hal itu karena mereka adalah perantara antara Allah dengan mahluk-Nya, di dalam penyampaian risalah (wahyu). Malaikat yang membawa wahyu dari Allah kepada para rasul, sementara rasul yang menyampaikan wahyu tersebut kepada segenap manusia. Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman (artinya) :

"Dia (Allah) menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: "Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku".[QS An-Nahl : 2].
3. Kemudian diurutan berikutnya, adalah iman kepada seluruh kitab yang Alloh turunkan. Sebab kitab-kitab samawiah yang Allah turunkan melalui perantaraan malaikat merupakan hujjah (bukti) sekaligus rujukan bagi para Rasul & Nabi untuk memutuskan hukum terhadap berbagai hal yang diperselisihkan di antara manusia. Allah Jalla wa 'Ala berfirman:

"Maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.[QS. Al-Baqarah : 213].
4. Lalu urutan berikutnya adalah iman kepada hari akhir (kiamat). Sebab pada hari kiamatlah diberikan ganjaran dari amalan sholeh yang telah dijanjikan, dan itu merupakan buah dari keimanan kepada Alloh, para malaikat-Nya, kitab²-Nya, dan para rasul. Sebagaimana di hari itu pula diberikan balasan terhadap siapapun yang mendustakan/tidak mengimani rukun keimanan tersebut. Di antara konsekuensi dari keadilan ilahiyah, adalah ditegakkannya pada hari kiamat, pemisah antara yang zholim dan yang dizholimi, serta ditegakkannya keadilan di antara manusia.
5. Urutan terakhir dari rukun iman, adalah keimanan akan ketentuan dan taqdir Allah Azza wa Jalla. Rukun ini sangat urgen untuk menggerakkan seorang mukmin mengerjakan amalan sholeh, disertai menempuh sebab-sebab yang bermanfaat, dengan diiringi penyerahan diri kepada Allah. Selain itu, rukun keimanan ini juga menerangkan, bahwa tidak ada kontradiksi antara syariat yang Allah turunkan kepada para rasul, dengan ketentuan dan taqdirnya Alloh. Itulah yang membedakan antara seorang yang beriman (ahlus sunnah wal jamaah) dengan para ahli bid'ah dan orang-orang musyrik, yang mengklaim:

"Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah sesuatu apapun selain Dia, baik kami maupun bapak-bapak kami, dan tidak pula kami mengharamkan sesuatupun tanpa (izin)-Nya". [QS An-Nahl : 35].
Yakni mereka melegitimasi kekufuran yang ada pada diri mereka, bahwasanya hal itu sudah Allah taqdirkan atas mereka. Sehingga, jika hal tersebut sudah Allah taqdirkan untuk mereka, maka itu artinya Allah ridho terhadap mereka. Demikianlah persepsi mereka. Kemudian Allah membantah persepsi tersebut, bahwasanya, jikalau Allah ridho terhadap mereka, maka Allah tidak akan mengutus para rasul untuk mengingkari keyakinan mereka. Allah Ta'ala berfirman tentang para Rasul-Nya :

"Maka tidak ada kewajiban atas para rasul, selain dari menyampaikan (amanat Allah) dengan terang."
Oleh: DR. Sholeh bin Fauzan

Comments

Popular posts from this blog

AL-QUR’AN DAN PERNIAGAAN YANG TIDAK MERUGI

TIGA KEADAAN YANG MENUNTUT KESABARAN

DZIKIR, RINGAN DI LISAN, DICINTAI ALLAH AR-RAHMAN