TANDA ILMU ADALAH KHASY-YAH (RASA TAKUT)

TANDA ILMU ADALAH KHASY-YAH (RASA TAKUT)


Al-Ustadz Abu Mu'awiyyah Askari hafizhahullah:

Ilmu yang hakiki, yang akan memberi manfaat kepada pemiliknya, adalah yang menumbuhkan rasa takut seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semakin bertambah ilmu yang bermanfaat yang dimiliki oleh seorang hamba, semakin besar pula rasa takutnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, para nabi, orang-orang saleh, para shiddiqin, dan para syuhada, memiliki rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang lebih daripada selain mereka yang tingkat keimanannya lebih rendah.

Disebutkan dalam Shahih al-Bukhari dari hadits Aisyah Radhiyallahu ‘anhuma yang mengatakan bahwa apabila Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memerintah kaum muslimin, beliau memerintah mereka dengan sesuatu yang mampu mereka lakukan. Mereka berkata:

“Sesungguhnya kami tidak seperti engkau, wahai Rasulullah. Sesungguhnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengampuni apa yang telah lalu dari dosamu dan yang akan datang.”

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam marah mendengar hal itu hingga kemarahan tersebut tampak di wajah beliau Shallallahu alaihi wa sallam, lalu bersabda:

“Sesungguhnya orang yang paling bertakwa dan paling berilmu tentang Allah Subhanahu wa Ta’alaadalah aku.” (HR. al-Bukhari, 1/20)

Dalam riwayat Muslim Rahimahullah dengan lafadz:

“Demi Allah, sesungguhnya aku berharap menjadi orang yang paling takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan yang paling berilmu dengan apa yang aku tinggalkan.” (HR. Muslim no. 1110)

Dalam riwayat Muslim Rahimahullah dari hadits Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anhuma:

“Ketahuilah, demi Allah, sesungguhnya aku adalah hamba yang paling bertakwa di antara kalian dan yang paling takut kepada-Nya." (HR. Muslim no. 1108)

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menggandengkan rasa takutnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan ilmu. Al-Allamah asy-Syinqithi Rahimahullah berkata,:

“Telah dimaklumi bahwa nabi Shallallahu `alaihi wa sallam dan para sahabatnya adalah orang yang berilmu tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan paling mengetahui tentang hak-hak dan sifat-sifat-Nya, serta pengagungan yang menjadi hak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bersamaan dengan itu, mereka menjadi hamba yang paling banyak ibadahnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan yang paling takut serta berharap mendapat rahmat-Nya.” (Adhwaul Bayan, 2/325)

Tumbuhnya rasa khasy-yatullah dalam diri seorang hamba akan memberikan pengaruh pada keimanan dan amalannya. Di antara pengaruh tersebut adalah:

1. Ia akan semakin giat menjalankan ibadah dengan penuh rasa takut dan berharap.

2. Ia akan meninggalkan kemaksiatan baik di keramaian maupun saat sendirian.

3. Senantiasa mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan berzikir, membaca al-Qur’an, dan yang semisalnya.

4. Tidak memasukkan ke dalam perutnya sesuatu yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

5. Merasa yakin dengan apa yang dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa kenikmatan bagi orang yang bertakwa dan siksaan bagi yang durhaka.

6. Tidak berkata tanpa ilmu dalam urusan agama.

Wallahu A'lam. 

Comments

Popular posts from this blog

AL-QUR’AN DAN PERNIAGAAN YANG TIDAK MERUGI

TIGA KEADAAN YANG MENUNTUT KESABARAN

DZIKIR, RINGAN DI LISAN, DICINTAI ALLAH AR-RAHMAN