ANJURAN UNTUK SEMANGAT MENUNTUT ILMU

ANJURAN UNTUK SEMANGAT MENUNTUT ILMU

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam selalu berdo’a :

“Ya Allah, aku memohon pada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thoyyib dan amalan yang diterima”. (HR. Ibnu Majah no.925, shahih)

ILMU adalah hiasan ketika kita senang. Dengan ilmu, kita menjadi orang yang tahu bagaimana kita harus bersikap. Yaitu dengan bersyukur kepada Allah. Sehingga ketika diberikan kesenangan, kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan kepada kita, kita gunakan untuk mentaati Allah Subhanahu Wa Ta’ala, kita gunakan untuk membantu orang yang membutuhkannya, kita gunakan untuk kebaikan demi kebaikan. Ini semua bisa dilakukan dengan ilmu. Sehingga kesenangan itu menjadi keindahan. Kenikmatan yang Allah berikan kepada kita benar-benar kenikmatan yang hakiki. Karena kita gunakan itu semua untuk mentaati-Nya.

Dengan ilmu pula, keselamatan disaat kesulitan. Dengan ilmu, saat kita menghadapi kesulitan bisa segera menyerahkan urusan kepada Allah, kita bertawakal kepada Allah, lalu menguatkan kesabaran kita. Karena kita yakin dengan ilmu kita, tidak ada yang bisa menyelamatkan kita dari kesulitan dan kesusahan kecuali Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang Maha Kuasa.

Dengan ilmu, kita tidak menghalalkan segala cara. Berapa banyak orang yang disaat sulit, gelap mata. Akhirnya tidak peduli lagi dengan halal dan haram serta menjadikan kesulitan menjadi mala petaka untuk dirinya.

Siapa yang terus menuntut ilmu maka akan bertambahlah ilmunya. Sebagaimana orang yang memiliki sifat halim (tidak mudah terbawa emosi), akan terus bertambah kemuliaan dia. Maka kita berusaha agar setiap hari dalam menuntut ilmu. Baik itu dengan duduk di majelis ilmu ataupun dengan mendengarkan ceramah-ceramah dari asatidzah yang kokoh keilmuannya beserta manhaj dan aqidahnya. Atau kita membaca kitab-kitab terpercaya dari para ulama.

Jangan sampai ada satu hari ilmu kita tidak bertambah. Itu merupakan sebuah kerugian bagi kita..

Jika ada seseorang mempunyai kelebihan ilmu namun pada perkara ilmu yang buruk, maka ini membinasakan. Sebagaimana adab yang berlebihan tapi pada hal yang tidak diridhoi Allah. Ini juga merupakan hal yang merusak. Maka hati-hati, jangan sampai kita memiliki kelebihan ilmu, tapi bukan dalam kebaikan. Tentu ini adalah ilmu yang sangat buruk dan menyesatkan.

Orang yang berakal tidaklah menuntut ilmu kecuali yang bermanfaat untuk dunia dan akhiratnya secara bersama-sama. Dia tidak hanya sebatas menuntut ilmu akhirat saja tapi merusak dunianya, atau hanya menuntut ilmu dunia tapi merusak akhiratnya.

Jika ia diberikan rejeki oleh Allah bagian berupa ilmu, maka dia tidak akan bakhil untuk memberikan faidah kepada orang lain. Jangan sampai ketika kita diberikan oleh Allah berupa ilmu, ternyata kita menjadi orang yang bakhil. Orang yang tidak mau memberikan faidah ilmu, tentu ini tercela. Kita harus berusaha dermawan dengan ilmu. Allah Subhanahu wa ta’ala mencela orang-orang Yahudi yang bakhil dengan ilmu dan harta.

Tidak pernah ada orang yang bakhil dengan ilmu, kecuali dia tidak akan bisa mengambil manfaat dengan ilmunya. Sebagaimana air yang ada di dalam bumi tidak bisa dimanfaatkan kalau ia tidak keluar. Maka dari itu, hendaknya kita berusaha untuk menjadi orang yang terus menuntut ilmu dan orang yang terus menyampaikan dan menyebarkan ilmu. Ini merupakan amalan yang agung. Abu Darda rahimahullah berkata:

“Manusia hanya ada dua jenis, yaitu orang yang berilmu atau orang yang menuntut ilmu. Adapun selain dua ini tidak ada kebaikannya sama sekali.”

Orang yang tidak berilmu dan tidak mau menuntut ilmu tidak memiliki kebaikan sama sekali. Dia hanya akan menjadi orang yang terus mengikuti syahwat dan hawa nafsu bagaikan binatang ternak. Orang yang tidak berilmu, tidak pula menuntut ilmu menunjukkan kalau dia tertipu dengan kehidupan dunia.

Oleh : Radio Rodja

Comments

Popular posts from this blog

AL-QUR’AN DAN PERNIAGAAN YANG TIDAK MERUGI

TIGA KEADAAN YANG MENUNTUT KESABARAN

DZIKIR, RINGAN DI LISAN, DICINTAI ALLAH AR-RAHMAN