JALAN MENUJU SURGA ATAU NERAKA

JALAN MENUJU SURGA ATAU NERAKA

Al-Imam Al-Mawardi rohimahulloh pernah berkata : 

"Jalan menuju ke surga itu adalah : sikap SABAR dlm (melakukan) perkara-perkara yg dibenci (oleh jiwa atau nafsu kita, yaitu yg berupa melakukan amal2 ketaatan atau amalan sholih).

Sedangkan jalan menuju ke neraka itu adalah : sikap mengikuti syahwat (kesenangan hawa nafsu kita sendiri, meskipun hal itu dilarang/diharamkan oleh syari'at agama ini,)." (Adabu Ad-Dunya wa Ad-Diin, hal. 31)

Catatan :

1. Diantara dalil yang menunjukkan hal itu adalah sebuah hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu ’anhu, bahwasanya Rosulullih shillallihu ’alaihi wa sallam pernah bersabda :

“Surga itu diliputi oleh perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa), sedangkan neraka itu diliputi oleh perkara-perkara yang disukai oleh syahwat.” (HR Imam Muslim)

2. Kata "Huffat" dalam hadits di atas, berasal dari kata al-hafaf (الحَفَاف), yang artinya adalah sesuatu yang meliputi sesuatu yang lain. Jadi, hal itu berarti bahwa surga dan neraka itu diliputi oleh sesuatu. Sehingga, seseorang itu tidak akan memasuki surga ataupun neraka, kecuali setelah melewati sesuatu yang menutupinya tersebut terebut.

3. Adapun makna Al-Makarih, yaitu : perkara-perkara yang dibenci oleh jiwa kita, yang berupa amal-amal ketaatan dan ketundukan terhadap aturan-aturan Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan Asy-Syahawat, maknanya adalah : sesuatu yang hawa nafsu kita sangat condong kepadanya, yaitu yang berupa perbuatan-perbuatan jelek, dan hal-hal yg dilarang oleh Alloh ta'ala.

4. Al-Imam An-Nawawi rohimahulloh menjelaskan :

Para ulama mengatakan : 

"Hadits ini mengandung kalimat-kalimat yang indah dengan cakupan makna yang luas serta kefasihan bahasa yang ada pada diri Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Sehingga beliau membuat perumpamaan yang sangat baik dan tepat. Hadits ini menjelaskan kepada kita, bahwa seseorang itu tidak akan masuk surga sehingga mengamalkan perkara-perkara yang dibenci oleh jiwa.

Begitupula sebaliknya, bahwa seseorang itu tidak akan masuk neraka, sehingga ia mengamalkan perkara-perkara yang disenangi oleh syahwat. Demikian itu dikarenakan ada tabir (penutup) yang menghiasi surga dan neraka, yang berupa perkara-perkara yang dibenci ataupun yang disukai jiwa.

Barangsiapa yang berhasil membuka tabir itu, maka ia akan sampai kedalamnya. Tabir surga itu dibuka dengan amalan-amalan yang dibenci jiwa, sedangkan tabir neraka itu dibuka dengan amalan-amalan yang disenangi syahwat.

Diantara amalan-amalan yang dibenci jiwa, seperti halnya bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah Ta’ala serta menekuninya, bersabar disaat berat menjalankannya, menahan amarah, memaafkan orang lain, berlaku lemah lembut, bershadaqah, berbuat baik kepada orang yang pernah berbuat salah, bersabar untuk tidak memperturutkan hawa nafsu dan yang lainnya. Sementara perkara yang menghiasi neraka adalah perkara-perkara yang disukai syahwat yang jelas keharamannya, seperti minum khamr, berzina, memandang wanita yang bukan mahramnya (tanpa hajat), menggunjing, bermain musik dan yang lainnya.

Adapun syahwat (yakni keinginan) yang mubah (yang hukumnya boleh atau tidak dilarang syari'at agama), maka hal itu tidak termasuk dalam hal ini. Namun makruh hukumnya bila berlebih-lebihan, karena dikhawatirkan akan menjerumuskan pada perkara-perkara haram. Setidaknya, hatinya menjadi kering atau melalaikan hati untuk melakukan ketaatan, bahkan bisa jadi hatinya menjadi condong kepada gemerlapnya dunia.” (lihat : Syarh Shohih Muslim, karya Al-Imam An-Nawawi rohimahulloh).

5. Al-Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqolani rahimahullah dalam Fathul Baari juga berkata :

“Yang dimaksud dengan al-makarih (perkara-perkara yang dibenci jiwa) adalah perkara-perkara yang dibebankan kepada seorang hamba, baik berupa perintah ataupun larangan, dimana ia dituntut bersungguh-sungguh mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan tersebut.

Seperti bersungguh sungguh mengerjakan ibadah serta berusaha menjaganya dan menjauhi perbuatan dan perkataan yang dilarang Allah Ta’ala. Penggunaan kata al-makarih disini disebabkan karena kesulitan dan kesukaran yang ditemui seorang hamba dalam menjalankan perintah dan meninggalkan larangan.

Adapun yang dimaksud syahwat disini adalah perkara-perkara yang dilakukan untuk menikmati lezatnya dunia sementara syariat melarangnya. Baik karena perbuatan tersebut haram dikerjakan maupun perbuatan yang membuat pelakunya meninggalkan hal yang dianjurkan.

Seakan akan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam mengatakan : seseorang itu tidaklah sampai ke surga kecuali setelah melakukan amalan yang dirasa begitu sulit dan berat. Dan sebaliknya seseorang tidak akan sampai ke neraka kecuali setelah menuruti keinginan nafsunya. Surga dan nereka dihijabi (ditutupi) oleh dua perkara tersebut, barangsiapa membukanya maka ia sampai kedalamnya. Meskipun dalam hadits tersebut konteks kalimatnya menggunakan kalimat khabar (berita), akan tetapi maksudnya adalah larangan.” (Fathul Baari Syarh Shohih Al-Bukhori, 18/317)

Semoga Alloh ta'ala memudahkan kita menempuh jalan menuju ke surga-Nya, dan menjauhkan kita dari neraka-Nya.

Oleh: Abu Abdirrohman Yoyok 

Comments

Popular posts from this blog

AL-QUR’AN DAN PERNIAGAAN YANG TIDAK MERUGI

TIGA KEADAAN YANG MENUNTUT KESABARAN

DZIKIR, RINGAN DI LISAN, DICINTAI ALLAH AR-RAHMAN