KETIKA SAUDARAMU BERMAKSIAT

KETIKA SAUDARAMU BERMAKSIAT
 
Jika engkau melihat saudaramu terjatuh dalam lubang dosa dan maksiat, maka sikapilah dia dengan sikap yang bijak dan tepat. Al-muslimu mir-atu akhihi (Seorang muslim adalah cermin bagi saudaranya). Saudara yang baik itu laksana cermin, ia jujur di hadapan saudaranya, ia akan menasehati dan menampakkan kekurangan saudaranya, agar saudaranya tadi berbenah diri dan menjadi lebih baik.
 
Apa yang engkau lakukan ketika saudaramu berbuat maksiat ?
 
1. Menghadirkan dalam hatimu 3 sikap.

a. Sikap marah
b. Sikap kasihan
c. Sikap syukur
 
Marah karena dia telah melanggar hak-hak Allah, kasihan karena dia terjatuh pada kemurkaan Allah, dan bersyukur karena kalaulah bukan karena rahmat Allah niscaya kita terjatuh sebagaimana dia terjatuh.
 
2. Berusaha mencarikan udzur dan mendoakannya.

Ja’far bin Muhammad rahimahullah berkata:
 
“Apabila sampai kepadamu dari saudaramu sesuatu yang kamu ingkari, maka berilah ia sebuah udzur (alasan) sampai 70 udzur. Bila kamu tidak mendapatkan udzur, maka katakanlah, “Barangkali ia mempunyai udzur yang aku tidak ketahui.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman no.8344)
 
Lihatlah akhlak Nabi, ketika beliau dizhalimi dan diperangi oleh kaumnya, beliau berdoa:
 
"Ya Allah berikanlah petunjuk kepada kaumku karena sesungguhnya mereka belum mengerti". (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi di dalam Syu'ab al-iman)
 
Dari doa tersebut bisa disimpulkan 3 sikap Nabi; memaafkan, mendoakan dan mencarikan udzur atau alasan bagi ummatnya.
 
3. Engkau berusaha menasehatinya tanpa melukainya dan membimbingnya tanpa menyakitinya.

Memberi nasehat adalah bagian dari ibadah, maka lakukanlah dengan ikhlas untuk mengharap ridho Allah. Nasehat yang tidak ikhlas akan melukai orang yang kita nasehati. Menata niat ketika menasehati memiliki peran utama dalam memperbaiki orang yang kita nasehati. 
 
Abu Muhammad Ibnu Hazm Azh Zhahiri menuturkan:
 
“Jika kamu hendak memberi nasehat (kepada saudaramu) sampaikanlah secara rahasia bukan terang-terangan dan dengan sindiran bukan terang-terangan. Terkecuali jika bahasa sindiran tidak dipahami oleh orang yang kamu nasehati, maka berterus teranglah !” (Al Akhlaq wa As Siyar, halaman 44)
 
3. Engkau berusaha menutup aibnya dan tidak membuka dan menyebarkannya di hadapan Manusia.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
 
"Barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, maka Allâh menutup aibnyanya pada hari Kiamat." (HR. Bukhori dan Muslim)
 
4. Engkau tidak mengungkit-ungkit dan mencelanya.

Ibrahim an-Nakhai berkata;
 
"Aku melihat sesuatu yang aku benci dan tidak ada yang menghalangiku untuk memberikan komentar kecuali karena kekhawatiran suatu saat nanti aku yang terjatuh dalam hal tersebut. 
 
Imam Hasan Al-Bashri berkata:
 
"Para sahabat Nabi berkata: Barangsiapa yang mencela saudaranya karena dosa yang dikerjakannya padahal saudaranya itu telah bertaubat dari dosanya tersebut niscaya ia tidak akan meninggal dunia kecuali setelah ia mengerjakan dosa yang serupa dengan yang dilakukan oleh saudaranya itu. (Ashamt Ibnu Abiddunya)
 
5. Mendoakannya agar Allah membimbingnya dan menetapkan keistiqomahan dalam hatinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
 
“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (HR. Muslim no. 4912)
 
Semoga Allah menjaga persaudaraan kita.
 

Oleh: Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc, M.H.I 
 

Comments

Popular posts from this blog

AL-QUR’AN DAN PERNIAGAAN YANG TIDAK MERUGI

TIGA KEADAAN YANG MENUNTUT KESABARAN

DZIKIR, RINGAN DI LISAN, DICINTAI ALLAH AR-RAHMAN